OPEN MIND

belajar mengasah pikiran, hati dan rasa melalui goresan tinta

Saat ini merupakan era yang sangat kental dengan ketidak-pastian. Dampaknya juga terasa pada sektor pendidikan. Nilai-nilai kemanusiaan, aturan, tatakrama, moral, budaya dipertanyakan eksistensinya. Ketidak-pastian saat ini pasti akan berakhir seiring munculnya kepastian hakiki atas kehendak Tuhan Sendiri yang meluruskan bagaimana pendidikan mestinya diorientasikan dan di jalankan.

image Ketidak-pastian paradigma, nilai-nilai, visi, misi, tujuan, arah dan sasaran pendidikan, memiliki efek pada tata aturan, tata krama, moral, dan keringnya jiwa, bahkan terbentuknya jiwa-jiwa yang materialistik. Orientasi kesejahteraan dan kebahagiaan pada angka-angka nan material semata. Adalah kekeliruan yang fatal pada dunia pendidikan.

Apakah mungkin hal tersebut merupakan kesalahan dari penetapan misi masing-masing sekolah?

Bicara masalah misi sekolah, tentunya sekolah satu dengan lainnya akan berbeda-beda. Itu adalah hak sekolah. Dan dalam penetapannya pun tentunya mereka juga melakukan analisis yang mendalam. Tapi yang perlu dikaji selanjutnya memang bagaimana efek atau dampak nyata dari misi yang kita tetapkan tersebut terhadap peserta didik terutama outputnya. Contoh mudahnya, berubah atau tidak tata perilaku setiap siswa. Ini semua bertujuan untuk mencetak output (lulusan) menjadi manusia seutuhnya. Belajar dalam proses pembentukan kepribadian harus mampu mengubah sikap peserta didik. Mengubah perilaku diri sendiri. Dari kurang baik menjadi baik. Inilah sebuah terapan praktis dari definisi belajar yang sesungguhnya, yakni sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman.

Seperti misi yang ditetapkan di sekolah kami, SMA POMOSDA. SMA berbasis pondok pesantren. Misi yang dimaksud adalah tahu diri, beradab, berpengetahuan dan terampil. Empat misi singkat dan padat yang saling terkait dan saling melengkapi. Yang sebenarnya bila ditelaah mampu mewakili akan tiga kecerdasan yang harus dimiliki seseorang. IQ, EQ dan SQ.

Bapak Kepala Sekolah, Ust. Dzoharul Arifin, sering mengupas dalam setiap pertemuan. Baik dihadapan asatidz maupun dihadapan santri (sebutan siswa di sekolah kami, juga sebutan peserta didik dalam lingkungan ponpes)

Pertama, tahu diri. Proses mendidik peserta didik yang menjadikannya orang yang lebih tahu diri. Diri sebagai manusia, diri sebagai masyarakat, diri sebagai hamba Tuhan. Dengan demikian dia sadar akan dirinya sebagai makhluk sosial, tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Lebih-lebih bila jauh dengan Sang Pencipta. Dzat Yang Maha Kuasa.

Dengan tahu diri, peserta didik diharapkan memiliki sifat jujur, sikap rendah hati, jauh dari watak-watak arogan dan sombong. Mengetahui sikap yang dibutuhkan terhadap situasi yang dihadapi. Mengetahui tatanan norma dan peraturan dimana seseorang bertempat tinggal. Yang paling puncak sadar menjadi hamba yang lemah dan banyak salah di hadapan Tuhan. Sebagai penajaman terhadap SQ untuk selalu ingat kepada Dzat Yang Maha Kuasa.

Kedua, beradab. Mendidik untuk menjadikan seseorang menjadi seorang yang beradab dan berakhlak mulia. Sehingga ia mampu berlaku sopan dan santun dalam pergaulan baik dalam perkataan maupun perbuatan. Berpandangan positif terhadap orang lain. Selain itu juga mampu menempatkan diri dengan sikap dan perilaku sesuai dengan tatanan norma yang berlaku.

Ketiga, berpengetahuan. Misi ini lebih difokuskan dalam pembentukan pola pikir. Mengasah otak untuk berpikir dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena belajar adalah proses yang berkelanjutan. Terbangunnya budaya belajar dalam diri dan memiliki sikap terbuka dan positif dalam berpikir merupakan indikator-indikator dari misi ini.

Keempat, terampil. Sebuah proses untuk pembentukan ketrampilan diri dalam bertindak. Sehingga siswa mampu menjadi seorang yang cekatan dalam situasi apapun dalam mengatasi masalah. Terutama, dalam meningkatkan potensi yang telah Tuhan berikan.

Walhasil, andaikan kita mampu memahami dan menerapkan misi yang telah ditetapkan, insyaallah pendidikan kita akan mampu menghasilkan generasi yang cakap dan terampil dalam spiritual dan ilmu pengetahuan. Sebagai sumber daya baldatun thoyibatun wa rabbun ghafur. Amin!*

---------------------------

Artikel pendidikan ini dipersembahkan untuk ikut serta memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010. Semoga bermanfaat!!

Purnomo Sidik, Staf TU SMA POMOSDA  Tanjunganom Nganjuk

Technorati Tags:



edit post

0 Reply to "Rebuilding Pendidikan melalui Pemantapan Misi Sekolah"

Posting Komentar