OPEN MIND

belajar mengasah pikiran, hati dan rasa melalui goresan tinta

Mencetak Manusia Seutuhnya (4)

13.27 by , under ,

oleh : Purnomo Sidik*

Di era teknologi saat ini, keberadaan manusia lebih banyak hanya diukur dari “to have” (apa saja materi yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya). Dengan melupakan pada keberadaan pribadi (“to be” atau “being”nya). Andaikan itu terjadi, manusia seutuhnya sebagai output dari dunia pendidikan, niscaya hanya omong kosong belaka.

Tidak dipungkiri, bila kita melihat siaran berita di televisi atau membaca di media massa, banyak pelajar terlibat tawuran. Tak sedikit pula dari mereka tersangkut dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Sementara fakta menunjukkan, lebih dari 50 % pelajar telah melakukan hubungan layaknya suami istri, free sex. Sungguh membuat miris dan ngelus dada.
Pertanyaannya, siapa yang salah? Bila terjadi tawuran siswa, bila terjadi penyalahgunaan narkoba, bila terjadi penyimpangan seksual dengan maraknya freesex? Atau dengan perbuatan yang meresahkan masyarakat, konvoi ugal-ugalan pasca kelulusan.

Mungkin saja, mereka melakukan tindakan tersebut tanpa diikuti berpikir jernih dan hati yang jernih pula. Kalau begitu, apakah mungkin ini dipengaruhi cara mendidiknya yang salah, hingga terjadi malpraktek mendidik yang hanya mencetak manusia ‘tidak utuh’. Pendidikan yang hanya mengedepankan kecerdasan inteligensi saja, tanpa terpikirkan akan pentingnya pendidikan hati.
Bila demikian terus terjadi, korbannya adalah kepribadiaan siswa. Mereka tidak mampu mengendalikan emosi dan jiwanya. Ya, contoh yang mudah dan terjadi saat ini adalah corat-coret seragam sekolah dan konvoi ugal-ugalan pasca kelulusan.
----

Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia meninggalkan pemikiran untuk dunia pendidikan. Educate the head, the heart, and the hand. Yang bila diurai, lembaga pendidikan seharusnya mampu mendidik peserta didik secara utuh. Baik dari aspek kognisi, psikomotor maupun afeksi. Kiranya pemikiran beliau ini dapat menjadi solusi dalam metode mendidik.

Pertama, the head. Mendidik otak, mendidik daya cipta. Mendidik yang diarahkan untuk pembentukan pola pikir siswa, dengan membangun sisi intelektualitasnya. Melalui proses memperkaya dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi. Menguatkan nalar untuk berpikir logic dan sistematis. Sehingga mereka mampu mengelola garapan dunia dengan kemampuan analisis yang kritis, benar dan tepat.

Kedua, the heart. Mendidik hati dan jiwa, medidik daya rasa. Guna proses pembentukan mental kepribadian siswa. Sehingga seseorang mampu merasakan sesuatu, sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba Allah. Hingga mampu merasakan keberadaan Tuhan yang telah Menciptakannya. Sehingga siswa cerdas secara emosi juga cerdas secara spiritual, untuk menjadikannya lebih beradab dan berakhlak mulia dalam hidup dan menjalani kehidupan.

Ketiga, the hand. Mendidik untuk terampil, mendidik daya karsa. Pembekalan dengan skill-ketampilan yang beragam. Membimbing siswa untuk mengikuti pengembangan diri sesuai dengan minat dan bakatnya yang berguna baginya dengan ditanamkan jiwa entrepreneur. Sehingga mereka mampu berkarya, menciptakan lapangan kerja untuk mandiri.

Ketiganya adalah satu kesatuan aspek yang tak terpisahkan. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan siswa dari masyarakatnya.

Sebaliknya, jika ketiga aspek tersebut dapat diterapkan secara seimbang, pendidikan akan mampu menempatkan seseorang pada tempat sebenarnya. Sehingga dengan tenaga ia bisa bekerja, dengan otak ia bisa berpikir, dan dengan jiwa ia bisa merasa. Pada akhirnya, seseorang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya. Yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang.

Akhirnya disadari bahwa tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia. Andaikan kita mampu menjalankan ketiga aspek diatas secara berimbang, tidak menutup kemungkinan, pendidikan akan mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi dan berguna di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak luhur dan berkeahlian. Mampu dengan terampil dalam mengelola garapan dunia dengan kemajuan iptek diiringi mantapnya kepribadian yang luhur sebagai hamba Tuhan. Semoga!

* Staf Kantor SMA POMOSDA Tanjunganom Nganjuk



edit post

4 Reply to "Mencetak Manusia Seutuhnya"

Winny Widyawati on 15 April 2010 pukul 17.07

Subhanallah, good note. Saya tertarik jg dengan symbol di ujung judul postingannya Mas

 

warta on 25 April 2010 pukul 01.33

yang lain juga dimuat dong...

 

Unknown on 25 April 2010 pukul 21.31

suka dg artikelmu yg ini. bagus2 juga artikel di blog ini ya.

 

shidiq on 27 April 2010 pukul 10.48

@mbak fanny sang cerpenis : makasih mbak, atas masukkannya. ada masukan yang lain, ditunggu.

 

Posting Komentar