Bulan ini merupakan saat-saat peserta didik yang baru lulus tingkat SMA mencari perguruan tinggi (PT). Untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Setiap dari mereka berhak untuk memilih PT yang diminati atau bahkah diidam-idamkan jauh-jauh hari sebelumnya sebelum kelas akhir pada jenjang menengah atas. Meski banyak pilihan PT yang dianggap favorit dan berkualitas.
Maka muncullah kalimat yang telah melekat pada diri mereka dan orang-orang terdekat mereka, seperti orang tua. ”Perguruan tinggi idaman”.
Kita semua telah paham, bahwa perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Sedangkan kata idaman, menurut Tesaurus Bahasa Indonesia, berasal dari kata idam, mngidamkan yang berarti memalarkan, membayangkan, memimpikan, mencita-citakan, mendambakan, mengangankan, mengharapkan, mengincar, menginginkan, mengigaukan, mengkhayalkan, merindukan.
Idaman sendiri merupakan bentukan dari kata idam yang mendapat akhiran – an. Yang berarti angan-angan, aspirasi, cita-cita, dambaan, harapan, hasrat, ideal, impian, keinginan, model, teladan.
Sehingga perguruan tinggi idaman merupakan perguruan tinggi yang didambakan, diimpikan, diharapkan, difavoritkan, dan dicintai yang memiliki model dan mampu menjadi teladan bagi masyarakat pada umumnya dan masyarakat kampus pada khususnya.
Nah sekarang perlu kita diketahui bersama, bagaimana PT bisa menjadi idaman semua orang?
Tentunya jawabannya juga sangat relatif. Ada yang menyebutkan bahwa PT idaman adalah yang memiliki kategori a) bermutu atau berkualitas – dalam proses pendidikan dan SDM-nya; b) Biaya murah / terjangkau – sehingga semua elemen masyarakat dapat mengenyam pendidikan di dalamnya tanpa harus merogoh kantong terlalu dalam tanpa mengabaikan kualitas/mutu; c) memiliki lingkungan yang kondusif dan nyaman untuk belajar dan transfer knowledge; d) mampu mengikuti perkembangan zaman – sehingga ilmu yang didapat bersifat konstektual; e) memiliki tingkat kebermanfaatan yang tinggi bagi mayarakat – yang diterapkan oleh setiap civitas kampus.
Pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa; melalui pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabat. Selaras dengan itu, dalam membicarakan masalah PT idaman ini, penulis ingat akan tujuan dan fungsi daripada pendidikan nasional. Seperti disebutkan dalam UU Sisdiknas tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Yang dalam penyelenggaraan pendidikannya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, diperlukan perjuangan seluruh lapisan masyarakat.
Untuk itulah, menurut hemat penulis, tanpa mengabaikan beberapa kategori yang telah disebutkan diatas, PT idaman merupakan perguruan tinggi yang mampu menjadikan setiap civitas terutama mahasiswa yang menuntut ilmu didalamnya menjadi seorang yang BERADAB. Tanpa mengesampingkan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai pegangan dalam proses membentuk mahasiswa yang berpengetahuan dan berpengalaman.
Perlu diingat juga bahwa inti daripada tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Untuk itu, harapannya output yang menjadi alumni kampus, memiliki kompetensi secara akademik yang bagus didukung dengan baiknya akhlak dan tata perilaku yang beradab. Sehingga tatkala terjun di dunia kerja selalu mengedepankan akal dan hati, tidak hanya mengdepankan egoisme diri dan kepentingan pribadi. Tidak ditemui lagi kerja sak penake dhewe, kerja dengan prinsip asal bapak senang, atau bahkan kasus-kasus korupsi seperti yang kian marak di negeri Indonesia ini. Dan bila mereka masih duduk di bangku kuliah, demo-demo yang kian marak dapat dibicarakan dengan mengedepankan akal dan hati tanpa ada tindak anarki lagi.
Untuk melengkapi dalam membangun PT Idaman, Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia meninggalkan pemikiran untuk dunia pendidikan. Yang kiranya juga cocok diterapkan dalam membangun PT Idaman. Educate the head, the heart, and the hand. Yang bila diurai, lembaga pendidikan seharusnya mampu mendidik mahasiswa secara utuh. Baik dari aspek kognisi, psikomotor maupun afeksi.
Pertama, the head. Mendidik otak, mendidik daya cipta. Mendidik yang diarahkan untuk pembentukan pola pikir siswa, dengan membangun sisi intelektualitasnya. Melalui proses memperkaya dan mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi. Menguatkan nalar untuk berpikir logic dan sistematis. Sehingga mereka mampu mengelola garapan dunia dengan kemampuan analisis yang kritis, benar dan tepat.
Kedua, the heart. Mendidik hati dan jiwa, medidik daya rasa. Guna proses pembentukan mental kepribadian siswa. Sehingga seseorang mampu merasakan sesuatu, sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba Allah. Hingga mampu merasakan keberadaan Tuhan yang telah Menciptakannya. Sehingga siswa cerdas secara emosi juga cerdas secara spiritual, untuk menjadikannya lebih beradab dan berakhlak mulia dalam hidup dan menjalani kehidupan.
Ketiga, the hand. Mendidik untuk terampil, mendidik daya karsa. Pembekalan dengan skill-ketampilan yang beragam. Membimbing siswa untuk mengikuti pengembangan diri sesuai dengan minat dan bakatnya yang berguna baginya dengan ditanamkan jiwa entrepreneur. Yang sekarang sudah menjadi pembicaraan Kemendiknas untuk dimasukkan dalam kurikulum. Pendek kata, mereka mampu berkarya, menciptakan lapangan kerja untuk mandiri.
Ketiganya adalah satu kesatuan aspek yang tak terpisahkan. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya.
Walhasil, andaikan setiap kampus mampu mengubah image diri, tentunya tak dapat dipungkiri setiap PT mampu menjadi PT Idaman. PT yang mampu menghasilkan generasi yang cakap dan terampil dalam spiritual dan ilmu pengetahuan dengan mengedepankan pembentukan pribadi mahasiswa dan selalu menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi pada posisi yang sebenarnya. Dan sumber daya baldatun thoyibatun wa rabbun ghafur pastinya akan terwujud. Sebagai agent of change, agen perubahan yang sebenarnya di setiap lini. Amin!
------------------
* Ditulis oleh Purnomo Sidik, Staf TU SMA POMOSDA Tanjunganom Nganjuk disadur dari berbagai sumber. Ditulis dalam rangka berpartisipasi pada Lomba Blog UII dengan tema ”Mendefinisikan Perguruan Tinggi Idaman”.